Selasa, 17 Oktober 2023

KHUTBAH JUMAT: MUSLIM LEVEL PINGGIRAN

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ. أَيُّهاَ اْلمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Di zaman Nabi ﷺ terdapat sebuah fenomena, yang membuat Allah  menurunkan firman-Nya yang berkaitan dengan masalah tersebut. Yakni Fenomena tentang keberadaan sebagian manusia yang masuk Islam, tapi hanya di pinggiran (muslim pinggiran) Allah  berfirman QS Al-Hajj: 11, وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعْبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi/pinggiran; فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ ٱطْمَأَنَّ بِهِۦ maka jika ia memperoleh kebaikan (, Yakni kebaikan dunia berupa kelapangan dan kesehatan serta kesejahteraan rezeki lancar dan harta yang banyak), ia tetap dalam keislamannya(tetap dalam ibadah) وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ Namun jika ia ditimpa oleh suatu bencana (musibah dan susahnya kehidupan), ia berbalik arah ke belakang (murtad dan kembali pada kekafiran). خَسِرَ ٱلدُّنْيَا وَالْآَخِرَةَ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [Al-Hajj: 11]. Berkaitan dengan ayat ini, Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah kisah tentang orang-orang yang datang ke Kota Madinah untuk memeluk Islam. Dan mereka mengukur agama dengan materi dunia. Abdullah bin Abbas r.a mengatakan, كَانَ الرَّجُلُ يَقْدُمُ المَدِيْنَةَ، “Dulu orang yang datang ke Kota Madinah (untuk memeluk Islam). فَإِنْ وَلَدَتْ اِمْرَأَتُهُ غُلَامًا، وَنَتِجَتْ خَيْلُهُ، قَالَ: هَذَا دِيْنٌ صَالِحٌ. (Setelah berlalu beberapa lama masuk Islam), kalau istrinya melahirkan anak laki-laki dan kudanya melahirkan. Ia berkomentar, ‘Ini agama yang baik’. وَإِنْ لَمْ تَلِدْ امْرَأَتُهُ، وَلَمْ تَنْتَجْ خَيْلَهُ قَالَ: هَذَا دِيْنُ سُوْءٍ. Tapi, kalau istriya tidak melahirkan. Demikian juga ternak kudanya tidak melahirkan. Ia berkomentar, ‘Ini agama yang jelek’.” Allah Ta’ala menyebut orang yang memeluk Islam dengan cara pandang seperti ini dengan berada di pinggiran. Mengapa? Karena dia tidak serius menjadi seorang muslim. Tidak serius ketika beragama. Dan akan mudah keluar dari agamanya. Sehingga digambarkan oleh Allah Ta’ala, orang seperti ini berada di bagian tepi. Keluar dan masuk dengan mudahnya hanya karena standar duniawi. Dan di antara fenomena yang kita saksikan sekarang, dimana banyak orang dengan mudahnya murtad keluar dari Islam karena dia tidak mendapatkan keuntungan materi dari agama Islam. dia mungkin dipengaruhi oleh pemikiran yang lain atau oleh agama lain atau karena faktor ekonomi, lalu dia pindah agama. Orang seperti ini adalah contoh dimana dia beragama Islam tapi hanya berada di pinggiran. Dalam konteks yang lebih luas, dijumpai banyak orang yang tidak serius tatkala dia memeluk Islam, yakni ia tidak perhatian dengan apa kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang muslim. Tidak faham Shalat, wudhu, mandi wajib, ibadah jum’at dll. Yang dia tahu, namanya hidup ya ngurusi dunia. Dalam pikirannya hidup itu intinya adalah bagaimana bisa makan, bagaimana punya kendaraan dan rumah. Sebagai mukmin, kita mengetahui bahwasanya hidup ini tidak sekali. Akan ada kehidupan yang kedua. Yang di kehidupan kedua itu tidak ada lagi kegiatan beramal. Yang ada hanyalah hisab atau perhitungan. Kesempatan kita untuk mendekat kepada Allah dalam bentuk amal hanyalah di dunia. Oleh karena itu, seorang muslim wajib menyadari bahwasanya beragama itu karena menjalankan perintah dari Allah Sang pemilik agama ini. Dan Allah memiliki syariat yang harus dikerjakan dan dihindari. Karena itu, tidak boleh kita hanya menjadi muslim level pinggiran saja. Allah tidak akan memberikan kesempurnaan agama kecuali hanya kepada hamba-Nya yang Dia cintai. Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda, إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، “Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cintai saja.” Karena itu, kita lihat baik muslim maupun non muslim mendapatkan kenikmatan dunia. Sementara taufik untuk paham agama dan mengamalkannya hanya diberikan Allah kepada siapa yang Dia cintai. Dalam hadits lainnya, Rasulullah ﷺ bersabda, مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama.” [Muttafaqun ‘alaihi]. Kalau sudah tidak ada keinginan, tidak ada rasa cinta terhadap ilmu agama, maka dia berada di bagian paling tepi dari agama ini. Dan ini posisi yang sangat berbahaya. Karena menjadi sasaran setan. Dengan demikian, agar kita tidak menjadi muslim pinggiran yang mudah ditarget oleh setan dan bala tentaranya adalah dengan cara mempelajari agama. Karena belajar agama adalah mengenali panduan bagaimana semestinya mengarungi kehidupan kita di dunia untuk di akhirat nanti. Ada sebuah pesan yang disampaikan oleh sahabat Abu Darda radhiallahu ‘anhu, كُنْ عَالِمًا ، أَوْ مُتَعَلِّمًا ، أَوْ مُسْتَمِعًا ، أَوْ مُحِبًّا ، “Jadilah seorang alim atau seorang yang mau belajar, atau seorang yang sekedar mau dengar, atau seorang yang sekedar suka, وَلاَ تَكُنْ الخَامِسَةَ فَتَهْلَكُ. janganlah jadi yang kelima, krn akan hancur مَنِ الخَامِسَةُ ؟ قال : المبْتَدِعُ yang kelima itu apa. “Janganlah jadi ahli bid’ah (yang beramal asal-asalan tanpa panduan ilmu, pen.) (Al-Ibanah Al-Kubra karya Ibnu Batthah) Semoga Alloh berikan taufiq pd kita utk tetap istiqomah di atas keislaman. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا، وَلِوَالِدَيْنَا وَأَجْدَادِنَا، وَسَائِرِ أَهْلِيْنَا وَقَرَابَاتِنَا، اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِّلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي سَائِرِ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعْنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا ، وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَأَخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ Disadur dari Khotbah Jum'at.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar