JAKA PRASETYA ABU RUSYDAN
Kamis, 22 Februari 2024
Nasihat
-Dr. Ahmad Isa Al mi'shorowi
TERTUTUPNYA PINTU PETUNJUK
Faidah: Ust. Ibnu Hasan Ath hobari
Kamis, 15 Februari 2024
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Jaka Prasetya, S.Si, M.Pd
Guru Penggerak Angkatan 9.
Kutipan kalimat bijak:
“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Dari kutipan di atas kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari adalah bahwa sebagai seorang guru kita sering dihadapkan dengan kasus dilema etika atau bujukan moral sehingga dalam mengambil keputusan guru harus menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah untuk mengambil sebuah keputusan. Hasil akhir dari pengambilan keputusan tersebut harus berpihak kepada murid dan mengandung nilai-nilai universal.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip yang dianut dalam pengambilan keputusan dapat memberikan dampak bagi lingkungan kita ?
Jika prinsip dan nilai-nilai yang diambil sudah sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan serta berpihak kepada murid maka akan menimbulkan suasana yang tidak saja nyaman bagi guru dan murid, tetapi akan memberikan dampak yang lebih besar lagi kepada semua warga sekolah.
Bagaimana anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan anda ?
Sebagai pemimpin pembelajaran guru harus mengambil keputusan dalam kegiatan belajar mengajarnya yaitu berpihak pada murid. Pembelajaran yang berpihak kepada murid adalah pembelajaran berdiferensiasi. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memenuhi kebutuhan murid, yaitu kesiapan belajar, minat, serta profil belajar mereka. Jika pemimpin pembelajaran sudah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan mengundang murid untuk semangat dalam belajar.
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki pengaruh
bagaimana seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pratap triloka Ki Hajar Dewantara berisi :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Di depan memberikan contoh
v Ing Madya Mangun Karsa : Di Tengah memberi semangat
v Tut Wuri Handayani : Di belakang memberi motivasi atau dorongan
Sebagai seorang pemimpin, dalam mengambil keputusan haruslah sesuai dengan pratap triloka tersebut. Makna yang terkandung di dalam Pratap Triloka sangatlah sesuai dengan cara penerapan pengambilan keputusan karena dapat diterima oleh semua pihak. Pemimpin tidak hanya dapat memberi nasihat saja, tetapai juga harus memberikan contoh, semangat, dan motivasi atau dorongan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam di dalam diri kita jelas sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh nilai kejujuran dan tanggung jawab. Ketika kejujuran dan tanggung jawab sudah tertanam, mesti akan sejalan dengan salah satu prinsip yang kita ambil dalam suatu keputusan.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan kegiatan caoching. Melalui teknik coaching, coach berusaha menggali potensi coachee dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot sehingga coachee tidak terasa dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan dapat mengambil keputusannya sendiri. Pengambilan keputusan melalui proses coaching sangatlah efektif karena coach disini hanya memandu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan berbobot.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika seorang guru sudah mampu untuk mengelola kemampuan sosial emosional dan dapat hadir secara penuh (Mainfullness) untuk mengambil suatu keputusan mesti akan menghasilkan suatu keputuan terkait dilema etika dengan baik.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral adalah dengan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Dalam pengambilan keputusan kita harus melalui 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan sehingga berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika secara umum terkait dengan adanya 4 paradigma yang terjadi pada dilema etika, yaitu :
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan sekitar saya haruslah mulai dibentuk bahwa keputusan yang diambil disesuaikan dengan 4 paradigma tersebut sehingga semua pihak dapat terwakili.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan pengajaran yang memerdekakan murid sangatlah penting. Setiap murid memiliki karakter dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Untuk itu, pemebelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda tersebut yang paling tepat adalah dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan murid. Kebutuhan murid di sini meliputi kesiapan belajar, minat, dan profil belajar mereka. Di samping itu, pembelajaran berdiferensiasi menggunakan 3 strategi yaitu strategi pembelajaran proses, konten, dan produk.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridnya sangatlah benar. Dengan memutuskan pembelajaran yang berpihak kepada murid (pembelajaran berdiferensiasi) akan mengakomodasi kemampuan murid yang berbeda-beda. Setiap murid memiliki potensi sendiri-sendiri. Hal ini dapat diambil oleh seorang guru dalam merancang kegiatan belajar mengajarnya setiap hari. Pembelajaran yang mengundang dan menyenangkan akan menimbulkan ketertarikan murid dan meninkatkan semangat dalam menikutinya serta pemberian pelajaran yang esensial tidak terpaku pada buku teks akan sangat berarti dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan murid.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan haruslah bersandarkan pada protap KHD, Nilai dan peran guru, pembelajaran sosial emosional, pembelajaran berdiferensiasi, serta ketrampilan coaching.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman saya tentang dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sudah paham, hal-hal di luar dugaan saya yaitu selama ini saya beranggapan jika mengambil keputusan adalah dengan cara yang sederhana saja, asalkan kasus dapat diselesaikan tanpa melihat dampaknya di lingkungan sekiar diterima secara positif atau negatif.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, tetapi perbedaannya pada waktu itu belum mengetahui apa itu perbedaan dilema etika dengan bujukan moral.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelum mempelajari modul 3.1 setiap mengambil keputusan caranya dengan biasa dan sederhana, tidak melihat dari bermacam-macam aspek, tetapi setelah mempelajari modul ini saya jadi akan belajar jika ada suatu kasus yang menyangkut dilema etika atau bujukan moral saya akan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, serta 9 langkah pengambilan keputusan.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting , karena dalam setiap pengambilan keputusan yang kita temui tidak hanya seorang yang terlibat saja, tetapi kita juga harus melihat dampak di sekitar lingkungan kita sehingga tercipta lingkungan yang kondusif
Sabtu, 28 Oktober 2023
Tugas Modul 1.4 - Forum Berbagi Aksi Nyata
Oleh: Jaka Prasetya, S.Si, M.Pd
CGP Angkatan 9 SD Muhammadiyah 1 Surakarta
Rancangan Tindakan Untuk Aksi Nyata
1. Latar Belakang Tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun” anak, pendidik sebagai pamong/pendamping diberi kebebasan, dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pendidik dapat memberikan “tuntunan” agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar dan mencapai tujuan belajar. Ki Hajar menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan memfasilitasi anak untuk berkembang sesuai zamannya tanpa harus kehilangan akar budaya daerahnya. Penanaman karakter dan pembiasaan yang kuat melalui penanaman budaya positif di sekolah menjadi hal yang sangat penting. Walaupun pada dasarnya secara umum semua warga sekolah sudah memiliki nilai-nilai positif. Peran keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama dalam pembentukan budi pekerti dan karakter anak. Namun, kita perlu menerapkan pembiasaan-pembiasaan baik tersebut di lingkungan sekolah sebagai langkah nyata membentuk budaya yang positif sebagai penguat pondasi karakter dari pendampingan orang tua di rumah. Budaya Positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun anak dengan segala kodrat yang ada agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Penerapan budaya positf disekolah merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional. Salah satu targetnya membentuk karakter siswa. Langkah awal yang dilakukan untuk membangun budaya positif adalah membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Dalam menciptakan Budaya Positif di sekolah dibutuhkan kolaborasi antara guru dengan kepala sekolah, rekan sejawat, orang tua, lingkungan masyarakat serta tentunya dengan murid itu sendiri. Dengan diterapkannya Budaya positif tersebut diharapkan murid akan memiliki karakter yang kuat sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang tercermin dalam Profil Pelajar Pancasila.
2. Tujuan Aksi nyata ini bertujuan memfasilitasi murid untuk dapat menyampaikan aspirasinya dan melaksanakan keyakinan yang telah disepakati atas kesadaran dirinya dengan penuh tanggung jawab, mewujudkan murid yang memiliki karakter positif sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, membantu proses belajar mengajar, membangun hubungan positif dan kedekatan antara guru dengan murid, membiasakan murid menerapkan budaya positif sehingga menjadi karakter positif.
3. Tolak Ukur Kegiatan aksi nyata ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi tolak ukur jika murid dapat melaksanakan keyakinan yang telah disepakati dengan kesadaran diri, terwujudnya pembiasaan-pembiasaan baik sehingga tercermin karakter Profil Pelajar Pancasila. Murid aktif dan semangat belajar. Guru dan murid saling menyayangi dan menghormati serta saling peduli
4. Linimasa Tindakan
Mengajukan gagasan kepada Kepala Sekolah
Mendiskusikan langkah konkrit yang akan diambil
Menentukan jadwal koordinasi dan sosialisasi penerapan budaya positif
Membuat kesepakatan untuk mewujudkan kelas berkarakter
Mendesain kesepakatan kelas
5. Dukungan yang Dibutuhkan Dukungan dari Kepala Sekolah, rekan sejawat dan murid agar rencana tindakan yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan baik (kolaborasi). Sarana dan prasarana untuk menumbuhkan Budaya Positif di sekolah (memanfaatkan kekuatan/ketersediaan sarana dan prasarana). Dukungan dari orang tua dalam melakukan Budaya Positif di rumah (kolaborasi)
6. Deskripsi Aksi Nyata Aksi nyata yang dilakukan ini, pertama guru melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan rekan sejawat tentang rencana tindakan yang akan dilakukan. Langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan aksi nyata sesuai yang telah direncanakan. Pada tanggal 9 Oktober 2023, CGP menyampaikan rencana Aksi Nyata kepada kepala sekolah. Dalam kegiatan ini, kepala sekolah menyetujui rencana pengimbasan Modul 1.4 Budaya Positif yang diajukan oleh CGP. Setelah itu, CGP menyusun persiapan kegiatan pengimbasan, meliputi proposal kegiatan pengimbasan, materi pengimbasan, dan mengundang kepala sekolah dan rekan guru untuk menjadi peserta pengimbasan. Kegiatan pengimbasan Modul 1.4 Budaya Positif dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 25 Oktober 2023 yang dihadiri oleh wakil kepala sekolah, sejumlah guru dan tenaga kependidikan SD Muhammadiyah 1 Ketalan Surakarta. Dalam kegiatan ini CGP menyampaikan materi yang dipelajari pada Modul 1.4 Budaya Positif di Sekolah.
Materi tersebut antara lain :
1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
3. Keyakinan Kelas
4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
6. Restitusi - Segitiga Restitusi
Selain itu, CGP juga menyampaikan aksi nyata yang telah dilakukan di kelasnya yaitu praktik segitiga restitusi dan pembuatan kesepakatan kelas. Kegiatan Aksi Nyata selanjutnya adalah mengajak warga sekolah untuk menyusun keyakinan kelas di kelasnya masing-masing. Dengan disusunnya keyakinan kelas ini, seluruh warga sekolah diharapkan dapat meyakini setiap rumusan keyakinan kelas dan menerapkannya sehingga Budaya Positif dapat segera tercipta di sekolah. Dari kegiatan tersebut para guru di mendapatkan pengalaman dan memahami konsep - konsep budaya positif untuk dijadikan referensi dalam mengimplementasikan budaya positif di kelasnya masing-masing dan di lingkungan sekolah.