Jumat, 23 September 2011

KHUTBAH JUM'AT: CONTOH YANG BAIK

Manusia terbaik adalah yang telah ditetapkan oleh Alloh I, dan menjadi contoh bagi kita semua adalah Rosululloh r. Alloh I berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian ....” (Al-Ahzab: 21)

هذه الآيةُ الكريمة أَصْلٌ كَبِيْر في التَّأَسِي برسول الله صلى الله عليه وسلم في أقواله وأفعاله وأحواله

Ibnu Kastir mengatakan, “Ayat ini merupakan dalil yang agung dalam menjelaskan tentang disyariatkannya mengikuti Rosululloh r dalam ucapan2 beliau, perbuatan2 beliau, dan keadaan2lainnya pada beliau.” Maka wajib bagi kita semua untuk menerima dan membenarkan seluruh berita yang datang dari beliau. Sebagaimana wajib juga bagi kita untuk menjalankan perintah2nya dan menjauhi larangan2nya serta tdk beribadah kepada Alloh I kecuali dengan syariat yang dibawa Rosululloh r dan mencontoh beliau dalam menjalankannya

Adapun manusia yang terbaik setelah Rosululloh r yang disyariatkan bagi kita semua untuk menjadikannya sebagai contoh yang baik adalah para sahabatnya yang mulia. Alloh I berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan para pendahulu yang pertama (yang mendahului dalam beriman) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya, itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)

Di dalam ayat ini Alloh I memberitakan menyediakan surga bagi 2 golongan. Pertama, golongan sahabat: Muhajirin dan Anshar. Kedua, orang-orang yang mengikuti golongan pertama dengan baik. Maka jelaslah, bahwasanya Alloh I telah menjadikan mereka para sahabat sebagai suri tauladan yang baik bagi kita. Oleh karena itu, kewajiban kita semua adalah mencintai mereka dan mengikuti pemahaman mereka dalam menjalankan agama ini. Rosululloh r : خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Dr. Muhammad Al ‘Aqil [Manhaj Imam Asy Syafi’i Fi Itsbatil Aqidah], Imam Syafi’i rahimahullah, berkata:

مَا كَانَ الْكِتَابُ أَوِ السُّنَّةُ مَوْجُوْدَيْنِ , فَالْعُذْرُ عَلَى مَنْ سَمِعَهُمَا مَقْطُوْعٌ إِلاَّ بِاتِّبَاعِهِمَا,

“Selama ada Al Kitab dan As Sunnah, maka alasan terputus atas siapa saja yang telah mendengarnya, kecuali dengan mengikuti keduanya.

فَإِذَا لَمْ يَكُنْ ذَلِكَ صِرْنَا إَلَى أَقَاوِيْلِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ وَحِدٍ مِنْهُمْ

Jika hal itu tidak ada, kita kembali kepada perkataan-perkataan para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau salah satu dari mereka. Jadi orang-orang yang mengikuti jalan para sahabat adalah orang-orang yang mulia. Sehingga kita juga disyariatkan untuk menjadikan para ulama yang hidup pada masa generasi terbaik setelah masa Rosululloh dan para ulama yang datang berikutnya yang mengikuti jalan mereka, sebagai suri tauladan yang baik bagi kita semua. Adapun orang-orang yang mengajak kepada amalan ibadah yang tidak sesuai dengan ajaran Rosululloh, maka mereka bukanlah suri tauladan yang baik. Meskipun mereka dianggap sebagai ulama, da’i, tokoh Islam, atau yang semisalnya. Bahkan kewajiban kita justru berhati-hati agar kita tidak terpengaruh dari penyimpangan mereka dalam memahami agama ini.

Termasuk bentuk mencontoh yang bisa memengaruhi akidah, ibadah, dan akhlak seseorang adalah yang berkaitan dengan teman bergaulnya. Apabila teman bergaulnya baik agamanya, maka orang yang berteman dengannya pun akan terpengaruh dengan kebaikan orang tersebut. Namun sebaliknya, apabila teman bergaulnya rusak akidah, ibadah, dan akhlaknya, maka orang yang berteman dengannya akan mengikuti kerusakannya. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih teman bergaul untuk diri kita maupun teman bergaul anak-anak kita. Karena seseorang akan terpengaruh teman-teman dekatnya dan dia akan menyesal apabila teman-teman dekatnya adalah orang-orang yang tidak baik. Alloh berfirman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang telah berbuat zalim menggigit dua tangannya (karena menyesali perbuatannya), seraya berkata: “Ya seandainya aku dahulu mengikuti jalannya Rosululloh. Sungguh celakalah aku, seandainya aku dahulu tidak menjadikan si fulan itu teman dekatku. Sungguh dia telah menyesatkan aku dari mengikuti Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku, maka setan itu tidak akan mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)

Akhirnya, mudah-mudahan Alloh I memudahkan kita untuk bisa mencontoh dan mengikuti Rosululloh serta menjadikan para sahabatnya dan para ulama yang mengikuti jejaknya sebagai suri tauladan bagi kita. Dan mudah-mudahan Alloh I senantiasa menjaga kita dari mengikuti dan mencontoh orang-orang yang jelek dan rusak agamanya.

بارك الله لي ولكم في القرآن والسنة، ونفعنا جميعا بما فيهما من الآيات والحكمة، إنه جواد كريم

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، أَمَرَنَا بِالْاِقْتِدَاءِ بِأَهْلِ الْخَيْرِ وَالرَّشَادِ، وَنَهَانَا عَنِ الْاِقْتِدَاءِ بِأَهْلِ الشَّرِّ وَالْفَسَادِ،

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادةً تَنْفَعُ قَائِلَهَا يَوْمَ الْمَعَادِ، وََأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ

مِنْ سَائِرِ العِبَادِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاه، أَمَّا بَعْدُ:

Rosululloh telah menyebutkan dalam sabdanya:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَم سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِم شَيْءٌ،

وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Barangsiapa menjadi contoh yang baik dalam menjalankan syariat Islam (dengan menghidupkan Sunnah Nabi n), maka dia mendapat pahala dari perbuatan baiknya dan pahala dari orang yang mencontohnya setelahnya tanpa terkurangi sedikitpun dari pahala orang-orang yang mencontohnya tersebut. Dan barangsiapa membuat contoh yang jelek dalam menjalankan agama Islam (dengan melakukan amalan yang tidak disyariatkan) maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya dan menanggung dosa orang yang mencontohnya setelahnya tanpa terkurangi sedikitpun dari dosa orang-orang yang mencontohnya tersebut.” (HR. Muslim)

Hadits tersebut memberikan dorongan kepada seseorang untuk menjadi contoh yang baik sekaligus memperingatkan kepada seseorang untuk tidak menjadi contoh yang jelek bagi orang lain.

Oleh karena itu, di antara perkara yang penting yang harus diperhatikan dalam masalah ini adalah agar para orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Alloh I telah memberitakan betapa besar karunia dan keutamaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang menjadi contoh yang baik bagi anak keturunannya di dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-orang yang beriman dan yang keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami kumpulkan keturunan mereka dengan mereka di dalam surga dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.” (Ath-Thur: 21)

Namun sebaliknya, apabila orangtua menjadi contoh yang tidak baik bagi anak keturunannya, maka sangat besar kemungkinannya, anak keturunannya pun akan mengikutinya dan menolak untuk menerima kebenaran. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam firman Alloh I:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Alloh.’ Mereka menjawab: ‘(Tidak), bahkan kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Al-Baqarah: 170)

Oleh karena itu sudah seharusnya bagi orang-orang yang menginginkan memiliki anak keturunan yang baik untuk memulai dengan memperbaiki dirinya sehingga bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka. Karena bagaimana mungkin seseorang akan mendapatkan anak keturunannya menjadi orang-orang yang benar akidahnya, sementara orangtuanya adalah orang-orang yang masih percaya dengan para dukun dan meminta pertolongan dengan beribadah kepada jin serta perbuatan syirik lainnya?

Bagaimana pula seseorang mengharapkan anak keturunannya menjadi orang-orang yang baik agamanya, sementara orangtuanya adalah orang-orang yang tidak mau pergi ke masjid untuk shalat berjamaah? Tentunya anak keturunan yang baik yang diinginkan oleh orangtua yang demikian keadaannya tidak akan datang kecuali anak-anak yang diberi rahmat oleh Alloh I. Maka, marilah kita semua bertakwa kepada Alloh I dan berusaha untuk senantiasa memperbaiki diri sehingga menjadi contoh yang baik bagi anak keturunan kita.

الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إنك سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ أَحْيِنَا عَلَى اْلإِسْلاَمِ وَأَمِتْنَا عَلَى اْلإِيْمَانِ . رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ تسليما كثيرا, وأخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Dinukil dari Khutbah Jum'at Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc, dengan tambahan & ringkasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar